Menghargai
Empati
Ketika saudara menderita, siapa yang
tak sakit melihatnya? Sayangnya masih banyak dari kita tak merasakan hal itu.
Bagi mereka bencana dan penderitaan saudara se-nusa “mungkin” tak lebih dari
sekedar tontonan menarik di televisi. Namun jauh di atas mereka yang tak
peduli, masih ada banyak orang yang mampu mengaktualisasi rasa simpati menjadi
empati. Tak sekedar menonton dan berkata WOW! mereka mampu menunjukan kerja
nyata, merasakan kesakitan dan turun ke jalan dengan niat membantu saudara
korban bencana. “Betapapun jauhnya lokasi bencana, mereka tetap saudara kita”
mungkin itulah yang ada di benak para patriot muda di sekeliling kita.
Lalu ketika ada suara “pantaskah
mahasiswa meminta-minta untuk mengumpulkan donasi bencana?” saya pikir ada yang
salah di sini. Ketika mahasiswa atau siswa SMA yang turun ke jalan membawa
kardus bertulis “Peduli Bencana” itu artinya mereka sedang mengajak orang lain
untuk ikut peduli, bukan meminta-minta.
Meminta
dan mengajak orang lain untuk ikut membantu adalah dua kata yang sangat berbeda
maknanya. Namun jika memang ada yang melakukannya dengan seni pertunjukan atau
sejenisnya itu memang sebuah karya luar biasa, bukan “harus” tapi “akan lebih
bagus”. Orang yang berempati tak akan melahirkan gengsi tapi kreativitas pasti.
No comments:
Post a Comment